Dasar Plagiat. Ah.
Plagiat itu -versi Wikipedia- menjiplak karya -atau tulisan- orang lain dan menjadikannya seolah karya diri sendiri.
Penyakit plagiat ini bisa membunuh karakter kreatif seseorang. Dia jadi pemalas. Enggan berpikir. Buntu ide. Dan jika terus dibiasakan, tidak akan pernah berkembang.
Dalam dunia jurnalistik, plagiat ini dianggap hina. Sangat hina. Dia tidak menghargai karya, pikiran, ide, pendapat dan usaha orang lain. Modal copy, lalu paste, dia seakan-akan adalah orang yang memiliki tulisan dan gagasan itu. Tanpa menulis sumber rujukannya.
Gampangnya, plagiat itu ingin kelihatan keren dengan cara tidak menghargai hasil orang lain. Ingin keren tanpa berpikir. Sok pinter tanpa mau berusaha. Modal Copas saja.
Bayangkan, seseorang membaca banyak buku, mengolah data-data yang perlu, lalu menulisnya dengan bahasa yang mudah dimengerti banyak orang. Kemudian dibaca orang lain dan orang itu melakukan copas tanpa menyebut sumber awal. Kurang ajar bukan? Orang yang berusaha namanya dihilangkan begitu saja.
Lebih parah lagi, biasanya pelaku plagiat itu tidak bisa menjelaskan dengan tepat jika ada orang yang 'komplain'. Malah bisa-bisa menyesatkan. Jelaslah. Dia kan tidak melakukan kajian. Dia kan hanya jiplak doang. Jelas kebingungan jika ada pertanyaan.
Ala kulli hal, cara menghormati pikiran dan ide orang adalah menuliskan sumber rujukan. Lihatlah bagaimana ulama mengajarkan kita untuk menampilkan rujukan. Mereka selalu menulis sumbernya. قال ع ش، م ر، ر م، حج، dan lain-lain. Itu adalah bagin dari menghormati ide dan pikiran orang.
Ah. Padahal saya juga sering plagiat. Semoga setelah ini tidak. 😅
Oleh: Luthfi Abdoellah Tsani
Comments
Post a Comment