Dakwah Aktif dan Propaganda Kaum Garis Lemah
DAKWAH AKTIF DAN PROPAGANDA KAUM GARIS LEMAH
10 J-Tsanin1442 H | 23 Januari 2020 M
DENGAN alasan toleransi, militansi untuk mengajak umat agama lain masuk Islam mulai digembosi. Logika yang keliru. Cara berpikir seperti ini telah dipengaruhi Barat.
Barat memiliki konsep 'semua agama adalah jalan menuju tuhan yang sama'. Pluralisme. Bagi mereka, semua agama benar. Jalannya saja yang berbeda. Toh meski berbeda jalan, nanti akan sama-sama mencapai tujuan. Kata mereka. Lantas, tak ada alasan untuk berdakwah.
Barat juga berpikir bahwa agama adalah urusan pribadi. Tidak boleh ikut campur urusan pribadi orang, kata mereka. Konsep mempromosikan agama Islam kepada umat agama lain tak dibenarkan. Karena ikut campur urusan privasi seseorang.
Sebagian kalangan di Indonesia memang tidak mengadopsi pikiran ini secara utuh. Tapi, degradasi semangat berdakwah -terutama yang berhubungan dengan ajakan masuk Islam- telah benar-benar drastis.
Jelas sekali bahwa cara beragama kita tidak bisa mengadopsi pikiran barat. Dalam capaian sains dan ekonomi, Barat memang lebih melesat. Tapi bagian moral dan akidah, Barat masih tetap jahiliah. Kita tak bisa mencontoh mereka.
Kita juga tidak bisa mengikuti dakwah sebagian kalangan yang katanya tak perlu mengajak masuk Islam. Kita cukup menunjukkan hubungan baik dengan mereka. Lambat laun mereka dengan sendirinya akan tertarik pada Islam.
Ah. Saya terusik dengan quotes kaum garis lemah seperti di atas. Berkali-kali mereka menjaga gereja, shalawatan di sana, menabuh rebana bahkan akhir-akhir ini mereka azan di gereja segala. Hasilnya bukan mengislamkan. Tapi membuat orang-orang terpengaruh 'malas' mengajak kaum sebelah masuk Islam.
Logika kaum garis lemah ini juga aneh. Maklum lah. Alasan mereka memang dibuat-buat. Bukankah Rasulullah adalah pribadi yang baik, bahkan paling baik. Tapi Rasulullah tetap aktif berdakwah mengajak.
Sejarah mencatat, Rasulullah pernah mengirim surat kepada Raja Romawi, Heraclius (هرقل). Isi suratnya, "Masuk Islamlah, niscaya kamu selamat. Masuk Islamlah, niscaya Allah memberimu pahala dua kali lipat."
Jika mindset berpikir kaum Barat ini diterapkan, maka berarti kita telah mendukung dan ikut menyukseskan usaha mereka agar Islam tidak berkembang. Barat tidak akan pernah ridlo agama Islam semakin menyebar. Segala cara mereka lakukan. Termasuk mengubah mindset umat Islam.
Cara mengubah mindset umat Islam ini tak akan mereka lakukan sendiri. Mereka memanfaatkan umat Islam yang study di negeri mereka untuk menjadi agen mempromosikan ide beragama ala Barat. Agen mereka itu kemudian dibungkus dengan sangat rapi dengan sebutan Ustadz, Doktor, Profesor. Bahkan bisa disusupkan menjadi petinggi ormas tertentu.
Sekarang. Mari kita akhiri dengan cara berpikir Imam 'Izzuddin bin Abdis Salam. Dalam 'Syajarotul Ma'arif' beliau menulis, "Mempromosikan Islam kepada orang-orang kafir adalah perbuatan baik untuk (kemaslahatan) mereka. Sebab hal itu menjadi pelantara untuk menggeser mereka dari kekafiran menuju iman. Dan (memindahkan mereka) dari penyebab (mendapat) murka Allah menuju penyebab (mendapat) ridlo Allah."
Kesimpulan Imam Izzuddin bin Abdis Salam ini beliau tulis setelah menyebut ayat:
وَقُل لِّلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْأُمِّيِّنَ ءَأَسْلَمْتُمْ ۚ
Dan katakanlah kepada orang-orang yang telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". (QS. Ali Imron: 20). Tulisan itu beliau sampaikan dalam bab عرض الاسلام على الكفار.
Logika Imam Izzuddin bin Abdis Salam 180 drajat berbeda dengan Barat. Jika mengikuti cara berpikir beliau, membiarkan mereka tidak beragama Islam sama dengan menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Sedangkan mengislamkan adalah tindakan menyelamatkan. Tentu harus dengan cara yang tidak merusak citra Islam juga.
Comments
Post a Comment