Penjelasa Syukur Ala KH. Nawawi bin Abdul Jalil
Sangat luar biasa apa yang disampaikan oleh Syaikhina KH. Ahmad Nawawi bin Abdil Jalil tentang masalah memuji Allah dalam kitabnya yang berjudul:
"المأمن من الضلالة في عقائد الدين والملة"
Di sana, Beliau mengarahkan kita untuk selalu memuji dan bersyukur kepada Allah setiap waktu. Bukan hanya ketika mendapatkan nikmat saja. Kata Beliau, seseorang bisa menjadi mukmin yang sempurna jika memuji dan bersyukur kepada Allah di setiap waktu. Bukan hanya ketika mendapatkan nikmat. Caranya, dengan merenungi dan meyakini bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kasih sayang Allah sangat luas dan kesempurnaan Allah tidak ada batasnya.
Berikut kami kutipkan sedikit.
"Ada orang yang memuji (bersyukur) dan mencintai Allah bukan karena diberi sesuatu. Juga bukan karena kemuliaan sifat-Nya. Tapi memuji dan mencintai karena dzat Allah. Seperti orang yang mencintai dan memuji anaknya. Dia tidak mencintai dan tidak memuji karena anaknya telah memberi sesuatu. Juga bukan karena anaknya tampan. Tapi karena dia adalah anaknya. Bukan karena yang lain.
Dia memuji Allah dalam segala keadaan: baik mendapat nikmat atau petaka; baik sehat atau sakit. Karena dia melihat kesempurnaan Allah dan tindakan Allah yang indah; dia juga memiliki keyakinan bahwa Allah adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang untuk semua hamba-Nya; kesempurnaan Allah tidak ada batasnya; kasih sayang Allah sangat luas.
Maka dia selalu memuji Allah karena keyakinannya bahwa dzat, sifat dan tindakan Allah selalu sempurna; kesempurnaan Allah tidak ada permulaan dan tidak ada akhirnya; kedermawanan Allah menyeluruh untuk semua makhluk-Nya.
Orang yang seperti ini tak akan pernah sedih dan cemas. Bahkan selalu bahagia karena mengenal Allah.
Ada juga orang yang memuji Allah karena mendapat nikmat. Jika tidak mendapatkan nikmat dia tidak memuji Allah. Dia melihat nikmat Allah. Bukan melihat kesempurnaan Allah. Dia memuji karena nikmat Allah. Padahal nikmat itu bukan dzat dan bukan kesempurnaan Allah.
Orang yang seperti ini kebahagiaannya tidak akan abadi. Dia akan bahagia hanya ketika mendapat nikmat. Bahagia ketika memperoleh nikmat dan sedih karena kehilangan nikmat.
Jika ada seseorang yang diluar sifat ini, maka dia keluar dari keadaan seorang muslim . Karena keadaan muslim yang paling rendah adalah memuji Allah karena mendapat nikmat. Sekalipun tidak memuji karena kesempurnaan dzat, sifat dan tindakan Allah.
Keadaan yang pertama itu adalah keadaan seorang muslim yang sempurna. Dia memperoleh kebahagian dunia dan akhirat. Ini keadaan yang langka, seperti belerang merah".
Itu sekelumit apa yang disampaikan 'Hadrotusy-Syeikh' KH. Nawawi bin Abdil Jalil. Tentu tulisan di atas sesuai dengan kemampuan kami menerjemahkannya. Jika pembaca membacanya sendiri dari kitab karangan Beliau, tentu akan mendapatkan informasi yang jauh lebih menarik dan jauh berharga.
Terkahir. Semoga KH. Nawawi bin Abdil Jalil dan seluruh Majlis Keluarga serta keluarga Pondok Pesantren Sidogiri selalu dalam keadaan sihhah wal 'afiyah. Amin
Mari tradisikan membaca!
Comments
Post a Comment