Sampai Kapan Mau Terus Bertengkar?

Sampai Kapan Mau Terus 'Bertengkar'?

Selasa, 6 J-Tsani 1442 H | 16 Jan 2021 M

Saya sedikit berbeda dengan teman-teman yang beranggapan bahwa radikal adalah ancaman terbesar. Saya lihat, terpecahnya umat Islam lah ancaman yang benar-benar mengerikan. 

Saya hafal betul. Nabi mengumpamakan umat Islam seperti bangunan. Saling menguatkan. "Yasyuddu ba'dluhu ba'dlo". 

Secara tersurat, ini adalah informasi (khabar). Tapi secara tersirat, ini mengandung perintah untuk bersinergi.

Kalau kata orang sini. Bersatu kita teguh. Bercerai kita runtuh.

Saya risih dengan hebohnya dua 'fans' ormas Ahlusunah wal Jamaah. Statusnya saling menjatuhkan. Ada yang memulai dengan sindiran. Kemudian oleh satunya dijawab  dengan tulisan yang emosional.

Jika ditanya, jawaban keduanya sama. Ingin meluruskan katanya. Saya rasa, kalau start-nya adalah saling menjatuhkan, maka sulit untuk meluruskan. Yang ada, bengkoknya malah tak karu-karuan. Yang membaca bukan malah merasa sedang dinasehati. Tapi kesannya sedang dicaci-maki.

Ada banyak cara untuk meluruskan pemikiran yang kita anggap menyimpang. Kita posisikan dia sebagai saudara. Bukankah sekalipun ormasnya berbeda kita memang saudara seagama? 

Maka, saudara kita yang 'tersesat' bukan malah diinjak. Tapi perlu diajak. Masalah mau atau tidak, kita tidak memiliki hak. Tugas kita menyampaikan. Terserah dia menolak atau mengiyakan.

Biasanya, orang yang dibentak malah akan semakin memberontak. Dia tidak sadar kalau dirinya dalam sebuah kesalahan. Sebab orang yang mau meluruskan, gara-gara salah cara menyampaikan, malah dianggap kebencian.

Memang ada sedikit orang yang bentakannya malah menyadarkan. Semisal Habib Taufiq Pasuruan. Orang yang beliau bentak malah sadar dan tobat. Bentakan beliau menyadarkan. Beda dengan kita. Bentakan kita menimbulkan permusuhan.

Ketegangan antar umat Islam ini perlu kita selesaikan. Berhenti mencaci, nyinyir dan membully umat atau rumah umat Islam. Karena itu akan memancing perdebatan saling menyalahkan. Jika perlu meluruskan, sampaikan kesalahan dan bagaimana yang benar. Bukan malah nyinyir dan merasa sok benar.

Nyinyiran akan dibalas dengan sindiran. Begitu seterusnya tak selesai-selesai. Lalu, mana yang kalian sebut "Meluruskan"?

Ah. Terlalu panjang lebar. Intinya: Sama-sama menjaga kerukunan. Sampaikan kebenaran. Jangan saling serang. Dan wassalam.

Comments

Popular posts from this blog

Bu Risma: Dari Blusukan ke Pilgub DKI

Nalar Fiqih Jual Beli Online

Emas dan Perak Bukan Lagi Barang Ribawi