Islam Harus Terdepan
فقبحا لكم حين صرتم غرضا يرمى
Ini adalah maqolah Sayyidina Ali. Artinya kira-kira, sangat jelak jika kalian (umat Islam) hanya menjadi objek sasaran. Saya membayangkan, Sayyidina Ali mengucapkanya dengan nada penuh semangat. Seperti motivator pada umumnya.
Umat Islam tidak boleh menjadi umat yang pasif. Mereka harus 'militan'. Sektor ekonomi, politik, medis bahkan segala urusan publik harus dikuasai muslim yang 'militan'. Jika tidak, maka umat Islam hanya akan menjadi korban dan sasaran saja.
Contohnya yang lagi hangat tentang pengadaan vaksin C-19. Banyak yang menduga itu adalah rencana asing yang berpikir bahwa populasi bumi ini sudah terlalu sesak. Program KB yang mereka gadang-gadang tidak sesuai rencana. Akhirnya, mereka harus mencari cara yang rapi untuk melakukannya. Namun, juga banyak yang mengingkari dugaan seperti ini. Yang pasti, kedua-duanya sama-sama mungkin terjadi. Bukan mustahil. Tapi tidak ada yang bisa dipastikan.
Ketidakpastian ini gara-gara umat Islam tidak memiliki muslim 'militan' yang menguasai ilmu pengadaan vaksin. Jika toh misalnya ada, akan sulit memproduksi karena terkendala birokrasi. Lagi-lagi karena kita tidak memiliki 'agen militan' di dunia politik.
Makanya, saya salah satu orang yang mengapresiasi baik pesantren modern. Asalkan tidak menomer duakan pendidikan agamanya. Saya tidak sepakat dengan mereka yang kontra dengan pesantren modern. Apalagi sampai mengucilkan. Lebih-lebih itu disampaikan tokoh kampung yang tidak banyak berbuat apa-apa.
Bagi saya, pesantren modern dan pesantren salaf sama-sama memiliki kans besar untuk mencetak politikus, birokrat dan ahli medis yang 'militan' kepada agama. Prinsipnya, "Al-Islam ya'lu, wa la yu'la 'alaih."
Satu lagi. Kita tidak hanya butuh pemimpin doa dan dai penceramah saja. Kita juga butuh politikus, ekonom, ahli farmasi dan jabatan-jabatan publik lainnya. Santri pesantren salaf dan modern harus sama-sama menguasai ranah itu.
Tapi jangan lupa. Ruh pesantren itu adalah pendidikan agamanya. Yang lain hanya sekedar ekstra. Bukan sebaliknya.
Ah. Kenapa saya ngelantur! 😂
Comments
Post a Comment